Ancang-Ancang (1)
Catatan refleksi mahabarata22
Baiat Ridwan adalah sebuah peristiwa sejarah yang tergabung dalam
peristiwa perjanjian hudaibiyyah. Pada saat Rasulullah SAW dan para sahabatnya
hendak pergi haji dan Umrah di makkah, akan tetapi dihalang-halangi oleh kafir
quraisy. Akhirnya, Rasulullah SAW dengan para petinggi Quraisy membuat sebuah
perjanjian.
Ada berita
yang menyebar di umat Islam, yaitu Utsman bin Affan yang menjadi utusan umat
Islam dibunuh oleh kafir Quraisy. Berita bohong ini pun terdengar sampai kepada
Rasulullah SAW. Akhirnya, Rasulullah SAW mengajak kepada kaum muslim untuk
berbaiat, setia kepada Rasulullah. Hal ini dilakukan, agar umat Islam lebih
kokoh dan tidak lari ketika tiba-tiba diserang oleh kafir Quraisy dan siap
untuk mkemperjuangkan Islam sampai akhir. Akhihrnya, lebih dari 1400 kaum muslim,
berbaiat dibawah pohon.
Namun
ternyata, desas-desus berita dibunuhnya Utsman bin Affan tidak benar. Akhirnya,
Rasulullah SAW memberi tahukan kepada kaum muslim bahwa hal itu adalah berita
bohong. Dengan pelantara wahyu dari Allah dalam surat Al-Fath, Rasulullah SAW
dapat mempersatukan kaum muslim dengan sangat kokoh.
Pendidikan dalam Islam menempati posisi sentral dalam upaya mensosialisasikan ajaran-ajaran Islam. Baik secara individu maupun social diberbagai aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam berkepentingan untuk menginternalisasikan nilai-nilai iman dan taqwa serta moral kepada anak didik agar memiliki komitmen religius dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya untuk beramal dan berkarya yang pada gilirannya melahirkan budaya yang agamis.
Cita-cita
pendidikan Islam yang berasaskan pada al-Qur’an dan Hadits memandang manusia
terdiri atas jasmani, rohani dan intelektual. Oleh karenanya, pendidikan dalam
Islam berorientasi kepada bagaimana menciptakan manusia seutuhnya yang sehat
jasmaninya, bersih rohaninya dan kapabel intelektualnya sehingga memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi, mampu menanamkan iman, taqwa dan moral yang luhur serta mengembangkan keterampilannya.
Untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan Islam tersebut tampaknya masih jauh dari
harapan, karena pendidikan Islam dihadapkan kepada permasalahan yang kompleks. Pertama,
pendidikan Islam diposisikan sebagai subsistem pendidikan nasional yang
terkesan hanya pelengkap bagi penyelenggaraan pendidikan nasional. Fungsinya
hanya menanamkan nilai-nilai spiritual bagi anak didik di sekolah umum melalui
bidang studi Pendidikan Agama Islam. Lembaga pendidikan umum menjanjikan masa
depan yang lebih baik bagi lulusannya, sehingga lembaga pendidikan Islam yang
disebut madarasah dan pesantren kalah bersaing. Kedua, bagi lembaga
pendidikan Islam seolah telah terjadi stereotifisasi dimana yang namanya
pesantren terkesan lebih dominan mengajarkan ilmu-ilmu agama, sementara
pelajaran umum hanya pelengkap, sehingga lulusannya hanya sebagai “pekerja
agama” –walalupun tidak mutlak –. Ketiga, masih sangat kurangnya lembaga
pendidikan Islam yang integral; mampu mengkolaborasikan nuansa sains dan agama.
Keempat, Subsidi biaya dari pemerintah dan kelengkapan sarana prasarana
masih untuk tujuan pengembangan masih jauh dari memadai. Kelima, tenaga
ahli sebgai pelaku Inovasi pendidikan Islam masih sedikit jumlahnya.
Selama
permasalahan tersebut melilit tubuh pendidikan Islam, sulit baginya untuk
mengadakan pembaharuan. Bahkan tidak akan mampu menyiasati perkembangan jaman
yang begitu cepat serta memberikan solusi pemikiran untuk ikut mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat dan bangsa sebagai dampak
dari pembangunan dan modernisasi diberbagai sektor kehidupan. Kemudian, apabila
pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan umum hanya sebagai pelengkap untuk
menanamkan nilai-nilai spiritual bagi anak didiknya dan ilmu-ilmu umum hanya
sebagai ilmu bantu di lembaga-lembaga pendidikan Islam maka dualitas pendidikan
tetap berlangsung.
Kondisi
ini mengakibatkan kehilangan identitas budaya Islam karena kalah bersaing
dengan budaya yang dikembangkan di bawah nilai-nilai system pendidikan modern
Barat dengan pesan dan orientasinya yang liberalistic dan tidak ada
hamparan agama. Karena pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk mengubah
sikap dan pandangan generasi muda yang sedang mencari identitas diri dan
menuntun mereka menerimad perubahan social dengan segala aspek budayanya.
Dalam
Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1, didalam nya menjelaskan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Maka seharusnya pendidikan dapat
dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. tidak hanya masyarakat yang kaya
ekonomi ataupun masyarakat yang mencukupi. Jika pendidikan hanya dapat
dirasakan oleh kalangan masyarakat yang mempunyai harta yang berlimpah, apa
bedanya dengan zaman ketika masa kolonialism Belanda.
Jika
masalah pendidikan dihiraukan, apa yang akan menjadi modal utama sebuah negara berdiri
kokoh. Hal paling dasar dalam kemajuan bangsa ialah pendidikan. Jika berekonomi
tanpa adanya pendidikan, apakah bisa berkemajuan. Pun begitu dengan aspek aspek
yang lainnya, seperti politik, kesehatan. Modal dasarnya ialah pendidikan.
Kemudian,
persoalan-persoalan yang mungkin sedang terjadi dari dulu hingga sekarang ialah
pembiayaan dari pendidikan tersebut. tidak sedikit lembaga-lembaga pendidikan
yang menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis. Hal seperti ini yang menjadi
salah satu persoalan bagi masyarakat bawah. Kualitas dari pendidikan menjadi
sirna sedikit demi sedikit. Kebanyakan, lembaga-lembaga pendidikan lebih mempersoalkan
fasilitas. Maka, apakah fasilitas pendidikan menjadi sumber terbentuknya
kualitas pendidikan.
Kaum
intelektual, seperti pelajar dan mahasiswa harus senantiasa mengamalkan ilmu
yang telah didapat. Ilmu-ilmu dan pengetahuan-pengetahuan yang di dapat, harus
dapat dirasakan juga oleh masyarakat luas. Inilah yang menjadi sumber
pembangunan awal suatu bangsa.
Kemudian,
apakah para kaum intelektual hari ini dapat siap dan setia untuk terus berjuang
demi memajukan agama dan bangsa. Seperti yang dilakukan para sahabat saat baiat
ridwan?
Kapitalisme
menjadikan modal sebagai keyakinan. Aktivisme menjadikan keyakinan sebagai
modal.
RAI
Komentar
Posting Komentar