Fungsi pendidik dalam Al-Quran adalah Dakwah
Rasulullah
saw. menjadi seorang pengahar yang baik dan luar biasa bagi para sahabatnya.
Sehingga, konsep pendidikan Rasulullah saw. disebutkan dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 151.
Pertama, mensucikan jiwa. Maksudnya ialah melatih serta melembutkan hati agar dapat menerima ilmu dan dengan hati yang bersih. Serta melatih jiwa agar senantiasa terbiasa melakukan sunnah-sunnah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
Kedua, mengajarkan ilmu. Setelah hati dan jiwa nya bersih dan siap untuk diisi dengan ilmu, maka tugas pesantren selanjutnya ialah mengajarkan ilmu. Sebab, yang memiliki ilmu ialah hanya Allah saw. saja. Asatidz itu hanya menyampaikan, yang memberikan dan meridhai ilmu ialah hanya Allah saw saja. Maka, sebelum memberikan atau menyampaikan ilmu, santri harus memiliki hati dan jiwa yang bersih.
Dalam kamus Mu‘jam al-Wasith, Ilmu
berasal dari bahasa Arab Al-Ilmu yang berarti mengetahui hakekat sesuatu dengan
sebenar-benarnya. Hujjatul Islam, imam Al-Bukhari mendefinisikan bahwa Ilmu
adalah pengetahuan akan sesuatu sebagaimana adanya. Maksudnya ilmu adalah
pengakuan, merupakan keadaan pikiran-yaitu, suatu kondisi dimana sebuah objek
tidak lagi asing bagi seseorang sejak objek itu diakui oleh pikiran seseorang.
Yang membedakan manusia dengan binatang adalah hidayaul aqli, yaitu manusia
diberikan akal pikiran yang membedakan dengan binanatang yang hanya diberikan hidayatul
wijdan (naluri) dan hidayatul (panca indra).
Allah
SWT memberikan keutamaan bagi orang yang berilmu. Pertama, mengangkat derajat
orang-orang yang diberikan ilmu di atas orang beriman bertingkat-tingkat.
Sesuai dengan firman-Nya
فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah
mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberikan Ilmu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan.” (QS. Al
Mujadillah (58): 11)
Bukan
hanya derajat dimata Allah, dimata sesama manusiapun orang yang berilmu akan
detinggikan derajatnya. Ketika seseorang kesulitan dalam suatu masalah maka
yang dia datangi bukanlah orang yang kaya harta, akan tetapi yang dia datangi
itu adalah orang yang berilmu sebagai sumber rujukan mereka.
Kedua,
Allah akan memudahkan jalan bagi dia menuju surga. Maka barangsiapa yang ingin
mendapatkan kemudahan menuju surga, maka segeralah mempelajari ilmu agama. Dari
sana, dapat mengetahui yang halal dan haram, memilah mana yang prioritas dan
tidak, dan mengamalkan yang benar dan yang menjauhi yang salah. Sehingga,
dengan izin Allah, Allah mudahkan jalan baginya menuju surga-Nya.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة
“Barangsiapa
yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka akan Allah mudahkan baginya
jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699)[6]
Ali
bin Abi Thailib pernah memberikan nasihat kepada Kumail bin Ziyad “Ilmu lebih
baik dari harta.. Ilmu yang akan menjagamu.. Sementara harta, kamulah yang
menjaganya”. ini menandakan bahwa ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga,
sehingga ilmu akan menjaganya. berbeda dengan harta, orang nyalah yang akan
menjaga harta itu sendiri.
Ilmu
inilah yang menjadi modal pergerakan pelajar Persis. Karena berilmu inilah
menjadi pemutus matarantai ketaqlidan buta. Taqlid terlahir karena manusia
enggan untuk membaca, berilmu, belajar serta terlalu fanatik kepada ‘nenek
moyang’ mereka. Maka ilmulah yang akan mengubah persepsi manusia tersebut, karena
telah terbuktikan sendiri.
Ketiga, mengajarkan cara beramal. Setelah
beriman dan berilmu, ilmu yang didaptkan itu diamalkan. Manusia adalah makhluk
sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri harus ada yang dinakaman kelompok atau
organisasi. Maka lahirlah bahasa Amal Jama’i untuk mencapai cita-cita bersama. Al-‘amalul
al-jamaa’i berarti bekerja sama berdasarkan kecepakatan dan bekerja bersama-sama
sesuai tugas yang diberikan untuk memantapkan amal. Jadi, Al-‘amalul al-jamaa’i
mendistribusikan amal (pekerjaan) kepada setiap anggota berdasarkan potensi
yang dimilikinya untuk mencapai tujuan.
Ketiga
orientasi pendidikan ini senada dengan tugas Rasul yang terdapat dalam Q S
Al-Baqorah ayat 151:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ
آَيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Bahwasanya,
tugas seorang rasul itu Rosul dalam melaksanakan fungsi pendidikan dibekali
manhaj dan penguasaannya yang benar dan utuh. [يَتْلُو
عَلَيْكُمْ آَيَاتِنَا ].
Proses
atau manhaj pendidikan dalam ayat ini terdiri dari 3 orientasi. Pertama, Mensucikan
jiwa [وَيُزَكِّيكُمْ ]
agar terbentuknya ruhiah ma'nwiah[mentalitas sepiritual]. Kedua, Mengajarkan
ilmu[وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ ] agar terbentuknya fikriah tsaqofiah [wawas an
intelektua]. Ketiga, Mengajarkan cara beramal [وَيُعَلِّمُكُمْ
مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ] agar terbentuknya amaliah harokiah[amal
dan harokah].
Jika
perhatikan ayat di atas tazkiatun nafs [pembersihan jiwa] menjadi skala
prioritas dalam proses pendidikan sebelum memberikan wawasan intelektualitan
dan berbagai aktivitas,karena perubahan dan perbaikan manusia harus dimulai
dari perubahan dan perbaikan jiwa.
Komentar
Posting Komentar