Mulai Sadar akan Hak-Haknya
Mahasiswa adalah salah satu dari ‘mahkota emas’ Indonesia. Yang dimana, mahasiswa ini akan menjadi pelanjut estafeta perjuangan di Indonesia ini. Indonesia pula akan tepat 100 tahun pada tahun 2045. Pada usia Indonesia yang genap seabad ini, Indonesia akan menghadapi persoalan-persoalan yang sungguh luar biasa. Soekarno pernah mengatakan “perjuanganmu akan lebih susah, karena akan melawan bangsa sendiri”. Maka dari itu, mahahsiswa harus berbekal dengan keilmuan yang banyak. Tentunya, dengan ketaqwaan yang luar biasa juga. Agar, Indonesia ketika genap seabad, sudah ada para pelanjut yang siap juga menjadi pelurus bagi bangsa ini.
Mungkin banyak
orang berpikir, berkehidupan baru di kampus teramat menyenangkan. Bagaimana tidak,
selain mempunyai teman-teman baru dan lingkungan yang baru juga akan
dihidangkan ilmu-ilmu yang baru dan lebih dalam juga. Meski, ilmu tersebut
tidak hanya dari dosen saja. Bisa jadi, dari temat seangkatan atau dari kaka
tingkat yang mau memberikan ilmunya. Memang, mencari ilmu otu tidak bisa
instan, dan terkadang juga datang dari diri sendiri.
Akan tetapi, tidak banyak orang yang tahu ketika pertama kali masuk kampus akan ada beberapa ospek atau kegiatan pengenalan kampus terlebih dahulu. Memang, dalam pengenalan ini bisa disebut sebagai fase pertama atau gerbang awal untuk mengikuti pembelajaran awal secara formal di sebuah kampus. Yang dimana, biasanya pada ospek ini mahasiswa baru akan disodorkan sistem pembelajaran peraturan-peraturan kampus tersbut. Agar, mahasiswa mengenali terlebih dahulu kampus tersebut.
Mahasiswa baru,
yang ,memang notifnya masih ‘baru’dan memang masih belum paham betul apa yang
berlangsung di dunia kampus, sudah disodorkan politik. Bagaimana tidak, di UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, saat jam istirahat PBAK (acara ospek kampus)
mahasiswa baru langsung menjadi inceran kating-kating. Biasanya, mengajak untuk
masuk organisasi-organisasi yang diikuti oleh kating tersebut.
Memang, bukan
menjadi masalah besar jika hanya mengajak untuk masuk ke organisasi tersebut.
akan tetapi, yang menjadi persoalannya cara mengajaknya sudah keluar dari batas
mahasiswa baru. Masalahnya, para kating tersebut menawari kursi di internal
seperti HMJ, Dema, atau sebagainya, jika masuk organisasi tersebut. inilah yang
menjadi permasalahan bari para mahasiswa baru. Baru saja masuk, bukannya
kekayaan intelektual yang menjadi hidangan pertama. Ehh, malah kursi-kursi atau
politik-politik kodtor yangmenjadi hidangan pertama.
Atau, lebih
menghidangkan musyawarah. Yang dimana, musyawarah ini membicarakan bagaimana
dari salah satu pihak untuk naik. Jelas bukan itu yang diinginkan mahasiswa
baru. Mahasiswa baru lebih menginginkan ‘pengakuan’, jika pola kaderisasi
memang belum terbentuk dari suatu organisasi tersebut. dan memang, organisasi
bagi mahasiswa adalah suatu makanan wajib. Agar dirinya bisa terus berkembang. Pun
begitu juga dengan mahasiswa baru.
Dan memang, yang
sepatutnya menjadi hidangan pertama bagi para mahasiswa baru ialah intelektual.
Sebab, ia adalah salah satu dari pondasi kuat seorang mahasiswa.
Jika sistem politik
di kampus masih seperti ini saja, bagaimana Indonesia ketika bulat satu abad?
Komentar
Posting Komentar