Belajar Kamu, Agama Kamu!
“SENI
MENDOBRAK DIRI SENDIRI!”
Belajar adalah sebeuah kegiatan
yang tidak bisa ditinggalkan. Makna belajar tidak sempit, dalam artian bukan
hanya ketika sedang berada diruang kelas saja. Kebutuhan manusia terhadap ilmu
melebihi kebutuhan manusia terhadap makan dan minum. Jika makan dan minum hanya
ketika merasakan lapar dan berhenti ketika datang rasa kenyang. Kebutuhan
manusia terhadap ilmu syar’i tidak ada rasa kenyang-kenyangnya. Ini sesuai
dengan perkataan Imam Ahmad bin Hambal
قال الإمام أحمد :
الناس مُحْتَاجُون إلى العِلْم أكثر
مِن حاجتهم إلى الطعام والشراب ؛ لأن الطعام والشراب يُحْتَاج إليه في اليوم مرة
أو مرتين ، والعِلْم يُحْتَاج إليه بِعَدَد الأنفاس
Imam
Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Kebutuhan manusia terhadap
ilmu (syar’i) itu melebihi kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Hal itu
karena seseorang membutuhkan makanan dan minuman hanya sekali atau dua kali
(saja), adapun kebutuhannya terhadap ilmu (syar’i) itu sebanyak tarikan
nafasnya.” [Madaarijus Saalikiin, 2/440]
Ini
menandakan bahwa seluruh perbuatan manusia harus ada ilmunya. Ketika di wc,
bagaimana adab di wc, ketika menunggu di halte bis, bagaimana adab ketika berada di halte bis. Setiap
tempat, berbeda juga adab tersebut. Tidak bisa disamakan ketika sedang berada
di wc menggunakan adab di halte bis. Begitu juga sebaliknya.
Islam
telah berbicara banyak tentang belajar. Dalam sebuah hadits riwayat abu
hurairoh dijeaskan ketika para sahabat sedang melakukan halaqoh ilmu bersama
Rasulullah, datang tiga orang yang telambat masuk halaqoh. Orang yang pertama,
ia melihat ada celah yang kosong didepan, ia duduk disana. Orang yang kedua, ia
duduk di barisan yang paling belakang. Orang ketiga, ia measa malu, maka ia
malah pulang lagi karena malu. Kemudian, setelah Rasulullah SAW selesai
halaqoh, Rasulullah menjelaskan tentang tiga orang yang tadi telat bergabung halaqoh.
Pertama, orang yang melihat celah kosong di depan, ia langsung duduk disana
menandakan bahwa ia sangat bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Maka, Allah
pun akan memberikan ilmu dengan bersungguh-sungguh. Kedua, orang yang melihat
didepan ada yang kosong, ia malah duduk di jajaran paling belakang karna mali.
Maka, Allah pun akan malu atau sedikit memberikan ilmunya. Ketiga, orang yang
malah balik lagi maka Allah pun enggan memberikan ilmu padanya.
Ilmu adalah pemberi
petunjuk (hidayah) dan merupakan kondisi (keadaan) yang benar yang dengannya
seseorang akan mendapatkan hidayah. Ilmu merupakan peninggalan para Nabi dan
warisan mereka, sedangkan ahlul ilmi (ulama’) adalah ashobah dan ahli warisnya.
Ilmu adalah pemberi kehidupan hati, cahaya nurani (bashiroh), penyembuh
(penyakit di dalam) dada, latihan bagi otak, pemberi kelezatan bagi jiwa, yang
melembutkan mereka yang hatinya keras dan buas, pemberi petunjuk bagi mereka
yang kebingungan. Ilmu adalah tolak ukur yang dengannya segala ucapan,
perbuatan dan keadaan diukur dan ditimbang. Ia juga penetap hukum yang akan
membedakan antara keraguan dan keyakinan, antara jalan yang melenceng dan yang
lurus serta antara hidayah dan kesesatan.
Seperti apa yang dikatakan Imam Ahmad bin Hambal, bahwa kebutuhan
manusia terhadap ilmu Syar’i lebih membutuhkan dari pada kebutuhan manusia pada
makan dan minum. Seseorang yang merasakan lelahnya belajar akn merasakan hasil
dari lelahnya itu, yaitu kemuliaan di esok hari. Orang yang belajar adalah
pejuang masa depan. Karena belajar adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi
masa depan. Masa depan memang tidak ada yang tahu, kecuali Allah SWT, akan
tetapi manusia diberikan huriyyatul iradah atau kebebasan memilih. Manusia berhak memilih
masa depan apa yang di inginkan. Akan tetapi, yang menentukan masa depan
hanyalah Allah. Itulah kenapa orang yang belajar harus senantiasa berpikir
visioner dan tentunya memegang teguh nilai-nilai Tauhid.
Kualitas beragama seseorang bisa dilihat dari kualitas belajar. Karena seseorang tidak bisa memahami agama jika tanpa dengan belajar. Jika seseorang dalam belajarnya asal-asalan atau menyepelekan maka bisa kemungkinan besar kualitas beragamanya pun kurang. Jika kualitas agama seseorang kurang, maka kehidupannya akan selalu dalam keraguan. Dan keraguan akan menyiksa seseorang dalam kehidupannya.
Masyaallah tabarakallah,, sangat bermanfaat. Semangattt untuk berbagi ilmu yang banyak lagi ;)
BalasHapusEdanins
BalasHapusMenginspirasi, dan menguatkan tekad para pembelajar
BalasHapusMasyaalloh tabarokalloh,
BalasHapusشكرا جدا 🌹