Seni dan Islam

 Oleh:rayarana

                            Fithrah manusian mempunyai kecenderungan akan perkara-perkara yang indah, enak diterimanya oleh pancaindera. Dan sambil panca indranya mendapatkan apa yang dikehendakinya, maka tentramlah dan bersemangatlah dalam berkarya atau bekerja serta sanggup menghasilkan karya-karya yang indah dan positif, tetapi sebaliknya kalau tidak mendapatkan apa yang dikendaki oleh seleranya tentu akan berakibat sebaliknya juga.


                            Maka kecenderungan manusia akan keindahan dan kelezatan termasuk seni seperti musik, tarian, lagu, drama, dan sebagaianya adalah menupakan ghariezahnya (tabiatnya) fithrahnya. Dan undang-undang agama fithrah (islam) tentu tidal akan melawan ghariezah manusia, tetapi mengatur atau menyalurkan dan bahkan-bahkan memeliharanya supaya tetap berguna untuk kebahagian manusia itu sendiri.


                            Setiap perkara yang asalnya baik atau mubah tidak dinyatakan halal atau haramnya adalah seperti alat perkakas seumpama pisau cukur yang sangat berguna untuk mencukur kumis atau jenggot namun tidak berfungsi untuk membelah kayu.




                                                                                                                                      Petani yang selalu bekerja keras maka makananya tentu tidak akan cocok dengan pegawai kantoran yang serba lemas-lemas. Juga bayi  dan orang dewasa meskipun sama-sama memerlukan makanan tapi jelas macamnya tidak sama.


                            Jika seni baik musik, tari, drama dan sebagainya diibaratkan menjadi sebagai alat perkakas atau makana maka fungsinya adalah wasaail atau sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kalaulah ada seni yang memberi pengaruh jahat atau negatif kepada manusianya maka itu seperti dengan pisau cukur yang digunakan oleh anak kecil untuk membelah kayu atau makanan berupa nasi untuk bayi.


                               ......................................................................................


                            Terjadi dizaman Rasulullah SAW ketika ;Aisyah ra mengantarkan iringan pengantin Al-Mariyah binti As’ad ke suaminya yang bernama Nubaith bin Jabir Al-Anshary, yang kala itu tidak memakai musik (tanpa tetabuhan) maka Nabi SAW bersabda: “hai ‘Aisyah! Tidakkkah ada bersetamu permainan (lahwun a.l musik)? Maka sesungguhnya orang anshar itu sangat menyukai permainan”. HR Bukhary.                                                                                                                                                  

                                                                  Sedang dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda: “Tidakkah sebaiknya kalian menyertakan untuk mengeringi pengantin itu dengan jaariyyah sambil bernyanyi....” HR Bukhary.


                            Dari keterangan diatas jelaslah bahwa Nabi SAW tidak membuang apa-apa yang ada hanya memperbaiki sehingga menampakan syi’ar islamnya.

 

                           Tawassuth atau menempuh sikap ditengah-tengah dalam segala persoalan adalah merupakan ciri khas hukum agama fithrah (Islam) dimana manusia itu sendiri diciptakan sesuai dengan fithrah.

 


                                                                                    Disadur dari: Makalah berjudul “Musik” karya

                                                                                                            Al Ustadz Suraedy : )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musibah: Media Melatih Tabah

Fungsi pendidik dalam Al-Quran adalah Dakwah

Panduan Memancing untuk Pemula